Perjalanan Menuju Puncak Kekosongan
http://margaluyu151-gresik.blogspot.com/2010/01/perjalanan-menuju-puncak-kekosongan.html
¤ Sebuah Kepekaan…
Apa yang kita rasakan pertama adalah yang saya sebut sebagai kepekaan. Kepekaan ini …biasanya datang dengan begitu tiba -tiba, terutama ketika teriakan-teriakan di dalam jiwa kita mulai membeku oleh hadirnya sang malam. Kita akan bertanya pada diri kita sendiri, mengapa ia datang tanpa mengetuk pintu kesadaran kita terlebih dahulu?
Untuk memperkenalkan dirinya, ia tidaklah perlu mengetuk pintu dulu. Ia… sang kepekaan itu lebih senang mendobrak langsung pintu kesadaran kita, karena dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terlalu sering hidup terkungkung di dalam dunia manusia. Ia ingin kita lebih memperhatikan dirinya daripada segala hal dalam dunia manusia tersebut. Ia juga lebih suka menjumpai kita, bukan pada saat suasana hati kita baik ataupun buruk, tetapi justru pada saat perasaan hati kita sedang apa adanya. Ia datang dan memberi tanda bahwa di dalam diri kita masih memiliki dan didasari oleh eksistensi manusia yang sebenarnya. Dan pernah suatu saat, ketika diri kita sedang akrab dengannya, ia membisikkan bahwa setiap manusia memiliki eksistensi ini, marilah kita bersama-sama mencarinya. Sungguh sebuah keinginan yang sangat mulia.
Bagi orang awam yang jarang bertemu atau bahkan belum penah kenal dengan kepekaan ini, ia akan muncul di hadapannya dalam sebuah bentuk ketakutan yang tiba-tiba. Orang-orang ini merasa bahwa ia telah takluk pada dunia yang sebenarnya. Mengapa dikatakan demikian? Karena di dalam kepekaan ini kita akan menemukan juga sebuah rasa cemas. Kecemasan ini bukanlah sebuah rasa takut terhadap segala hal yang ada di dalam dunia manusia sehari-hari. Misalnya kita takut ditabrak mobil, ditodong pencuri atau kehilangan seseorang. Bukan ketakutan/kecemasan yang seperti itu yang dimaksudkan di sini. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Heidegger, bahwa kecemasan ini… lebih kepada sebuah rasa yang paling asasi, yang paling dasar dan merupakan kunci guna mengetahui keberadaan kita yang terdalam. Kecemasan ini adalah mengenai diri sendiri.
Bagi orang awam, latar belakang kecemasan ini adalah pengalaman yang cukup umum dan samar-samar, dimana pengalaman itu menjadikan kita tiba-tiba merasa sendirian, dikepung oleh kekosongan hidup dan kita merasa seolah seluruh hidup kita tiada artinya lagi. Inilah yang kemudian selalu dihindari oleh orang -orang awam tersebut. Mereka semua tidak mampu untuk tinggal di dalam kekosongan hidup atau ketiadaan arti itu. Mereka merasa harus cepat-cepat keluar dari kondisi mental tersebut, karena jika lebih lama lagi tinggal di sana, mereka merasa seolah akan ditelan oleh dunia ini, yang sebenarnya adalah dunia fenomena murni itu sendiri.
Mengapa mereka tidak dapat tinggal lebih lama dalam kondisi kekosongan seperti itu? Ini dikarenakan mereka semua telah mengambil sebuah keputusan besar dalam hidup mereka. Setiap hal yang dialami di sepanjang hidup mereka dalam dunia manusia, telah ditenggelamkan di bawah kesadarannya. Sehingga mereka merasa sangat asing, ketika berada dalam kondisi kekosongan mental tadi. Bahkan sesaat ketika mereka ingin meninggalkan kekosongan dari ketiadaan arti tersebut, mereka pun tidak mampu melontarkan sebuah pertanyaan ke dalam diri mereka sendiri: ”mengapa kita harus keluar dari sini ?”. Apakah ini menandakan bahwa mereka tidak akan pernah bertemu dengan kekosongan tersebut? Tidaklah demikian, karena akan ada saatnya nanti, ia… sang kepekaan itu… akan menghadirkan dirinya.
Perlu ditegaskan pula bahwa kecemasan ini bersifat relatif. Manusia yang selalu hidup dalam dunia mereka sendiri dan semakin mengikuti perayaan-perayaan yang ada di dalamnya, maka akan semakin pula mereka merasakan kecemasan. Karena mereka sudah jauh dari dunia eksistensi yang sebenarnya dan begitu pula sebaliknya.
Jadi, kecemasan ini bukan ketakutan terhadap sesuatu yang ada di dunia manusia ini, tetapi ketakutan pada dunia yang sebenarnya itu sendiri.
Bagi saya sendiri, pada saat-saat pertama kali ketika saya mengalami kepekaan ini, rasa cemas itu sudah mengecilkan diri dahulu sebelum tampil di hadapan saya. Ia seperti nya tidak cukup kaya untuk mengembalikan saya pada dunia manusia. Maka dengan sendirinya saya dapat melihat dengan jelas, sesuatu yang berdiri di belakang perasaan itu?
Saya dapat terjun ke dunia di balik perasaan cemas itu untuk melihat sesuatu yang penuh makna dan saya dapat kembali ke dunia manusia dengan membawa sedikit pelajaran dari-nya yang selalu tidak saya sadari.
Awalnya… saya kira ini hanyalah pengalaman hidup biasa dan juga dialami setiap orang di dunia ini, sehingga hal ini dirasakan tidak penting bagiku, dan juga masih asing untuk saya saat itu.
Tapi perjalanan hidup menuntun dan menunjukkan pada saya bahwa ada sesuatu yang lain di dalam kondisi itu. Kondisi tersebut lama kelamaan juga semakin tampil jelas di belakang dunia manusia sehari-hari. Dan hal ini sungguh aneh. Ada semacam konektisitas antara penglihatan saya terhadap apa yang berdiri di balik rasa cemas itu dengan sebuah gerak yang ada di belakang atau yang mendasari dunia manusia sehari-hari.
Hal ini kemudian membuat saya semakin sering dijumpai oleh kepekaan itu dan saya sendiri untuk saat itu belum cukup mampu untuk membuat suatu janji pertemuan dengan-nya. Kemudian sang kepekaan itu sendiri yang sering datang menjumpai saya dan menginginkan saya mengenal lebih dalam lagi sesuatu yang berada di balik dirinya?!
Semakin hari, kepekaan ini semakin sering muncul dan semakin pula ketakutan serta kecemasan itu mengecil dan sirna. Secara tanpa sadar, sebenarnya saya sudah mulai menyingkirkan banyak hal dalam dunia manusia, yang sering disamarkan oleh manusia ke dalam sistem dan nilai-nilai selama ini.
Pada saat seperti ini saya belum dapat bertanya ”dari mana” dan ”ke mana” kepekaan ini akan membawa saya? Yang pasti ia sering hadir dan semakin memperlihatkan kepada saya sebuah kebermaknaan yang masih tertutup rapat oleh sejumlah kekerdilan dari rasa cemas. Walaupun kecemasan ini dihindari oleh sebagian besar orang awam, tapi bagi saya saat itu . . . dan mari kita lihat bersama - sama: ketika kita berdamai dengannya, ia perlahan-lahan akan mengendapkan dirinya dan menjadi tenang. Dengan segera ia akan menemukan sebuah jalan baru yang saya sebut sebagai sebuah keterbukaan.
Keterbukaan dan Kekaguman…
http://margaluyu151-gresik.blogspot.com/2010/01/keterbukaan-dan-kekaguman.html
Sumber : http://katharsis-completejourney.blogspot.com/
Label : Perjalanan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Arsip
-
▼
10
(65)
-
▼
Januari
(12)
- LEMBUTKAN HATIMU DENGAN MENGINGAT KEMATIAN
- RAHASIA SYUKUR
- ASAL USUL TAAT DAN MAKSIAT
- AZAS DAN PEDOMAN SUCI
- ¤¤ ¤ SEKILAS SEJARAH SUNAN GIRI ¤ ¤¤ (J...
- PERJALANAN MENUJU PUNCAK KEKOSONGAN
- ¤ KEPEKAAN ¤
- Cara Membuat File TAR.GZ di Windows
- SEJARAH HARI JADI KOTA GRESIK
- ¤ KETERBUKAAN DAN KEKAGUMAN ¤
- ¤ Belajar Untuk Tidak Mempelajari ¤
- ¤ Menuju Sebuah Pemahaman Besar ¤
-
▼
Januari
(12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar