KUATNYA JIWA YANG TENANG
Melihat kebaikan dan keburukan dengan mata kepala saja tidak akan
dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sesuatu yang elok dipandang
mata kadang-kadang hanyalah tipuan belaka. Sesuatu yang buruk dipandang
mata, kadang-kadang tersimpan sesuatu yang menguntungkan. Maka betapa
pentingnya jika kita berlatih untuk mempertajam mata hati dan indera
keenam.
Buta mata belum tentu membahayakan bagi kehidupan kita. Karena banyak
orang yang buta matanya, tetapi masih mampu melakukan sesuatu yang
terbaik bagi dirinya. Bahkan ia mempunyai keistimewaan, yakni lebih awas
daripada kita yang memiliki mata normal. Namun jika mata hati telah
buta, maka pertanda hancurlah kehidupan kita, baik kehidupan dunia
maupun kehidupan akhirat.
Orang yang buta hatinya, seringkali merasa kecewa dalam menghadapi
liku-liku kehidupannya, karena ia sering gagal dalam mengambil
keputusan. Keputusannya lebih banyak meleset. Sebab, yang digunakan
untuk mengambil keputusan lebih didasarkan pada penglihatan mata dan
akal yang dipenuhi hawa nafsu. Jadinya, ia kurang cermat dan kurang
hati-hati. Ia mudah terkecoh dengan fatamorgana serta
khayalan-khayalannya sendiri.
“Dan barang siapa yang buta mata hatinya di dunia ini, maka buta pula di akhirat, jauh tersesat jalannya.”
“Sesungguhnya, bukan matanya yang buta, tetapi mata hatinyalah yang buta, yang berada di rongga dadanya.”
Orang-orang ini selalu menjaga hatinya dan alam bawah
sadarnya agar tidak tercemar oleh debu-debu yang dapat membutakan.
Karena itu, suasana hati orang-orang yang tenang karena
selalu berprasangka baik kepada siapa pun, tidak membenci, tidak dendam,
tidak iri hati, tidak sombong dan tidak riya’.
Sebab, sederetan penyakit semisal sombong, benci, dendam, iri hati
dan sebagainya merupakan letupan emosi, bukan nurani yang berbicara,
melainkan nafsu keserakahan.
Jika kita telah mendalami ilmu dengan bersungguh-sungguh,
maka akan dapat melihat betapa diri kita menjadi orang yang luar biasa.
Disamping itu, kita akan dapat dengan mudah menyerahkan hawa nafsu
menurut kehendak Allah. Kita merasa tidak punya hak untuk memiliki,
sekalipun pada diri sendiri. Karena menyadari segala sesuatu yang ada di
dunia ini hanyalah milik Allah, termasuk nyawa kita.
Barokallahu Fikum ...