>>> JUAL RUNNING TEXT LED MURAH <<< UNTUK TEMPAT IBADAH, PERKANTORAN, PERTOKOAN atau USAHA LAINNYA >>> Cack Sye 081332231151 - PIN BBM D1661A99

Senin, 03 Januari 2011

MERENDAHKAN DIRI DIHADAPAN RABB


Dalam Al Qur’an Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh dan merendahkan diri kepada Rabb mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga mereka kekal di dalamnya.”(QS. 11:23)

Pada firman tersebut Allah menyiratkan, bahwasanya mereka yang menjadi penghuni surga yang kekal itu ialah : orang-orang beriman, yang karena imannya mengerjakan berbagai amal shalih atau amal kebajikan, sehingga dengan pengalaman beramalnya itu mereka menjadi insan yang sungguh-sungguh merendahkan diri kepada Rabb-nya.

Ayat tersebut juga menandaskan, jikalau seseorang beriman, maka seharusnya iman itu mendorong ia melakukan berbagai amal shalih. Semakin baik dan kuat imannya, kian baik saja kuantitas maupun kualitas amal kebajikannya. Secara dzahir apa yang menjadi ciri seseorang telah baik kuantitas maupun kualitas amal shalih dan kebajikannya ? Melalui firman-Nya dalam surat Huud ayat 23 itu Allah menasehati kepada manusia, bahwa belum baik kuantitas dan kualitas seseorang beramal shalih, jikalau ia belum betul-betul merendahkan diri dihadapan Rabb-nya.

Merendahkan diri dihadapan Rabb itu dimanifestasikan dengan senantiasa menjalankan ibadah semata-mata demi dan meraih ridla-Nya.
Artinya, bila ia mengerjakan rukun Islam, mengerjakan birrul walidayn maupun bersilaturrahim dengan manusia, niatnya adalah semata-mata karena Allah. Bukan demi penghormatan dari manusia, apalagi demi derajat di dunia yang fana ini.

Dari Iyadl Ibnu Himar Radliyallaahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri, sehingga tidak ada seorang pun menganiaya orang lain dan tidak ada yang bersikap sombong terhadap orang lain.” (H.R. Muslim)
Melalui hadits ini nyata diisyaratkan, andai manusia telah merendahkan diri kepada Allah, maka sifat tersebut mencegah terjadinya kedzhaliman diantara mereka sendiri. Dengan melakukan amal shalih semata-mata karena Allah, seseorang mencegah dan tercegah dari mendzhalimi dan terdzhalimi orang lain. Sebaliknya, jika seseorang melakukan amal shalih demi maksud-maksud duniawi atau penghormatan manusia, maka tidaklah aneh jikalau dalam hidupnya ia akan senantiasa menemui konflik dan tidak dapat mengelak dari mendzhalimi dan terdzhalimi oleh orang lain.
Wallahu a’lam bish shawab.

.

Tidak ada komentar: