>>> JUAL RUNNING TEXT LED MURAH <<< UNTUK TEMPAT IBADAH, PERKANTORAN, PERTOKOAN atau USAHA LAINNYA >>> Cack Sye 081332231151 - PIN BBM D1661A99

Minggu, 28 November 2010

NASEHAT NABI KEPADA MUADS BIN JABAL

Sabda Rasulullah S.A.W kepada Mu'adz, "Wahai Mu'adz, apabila di dalam amal perbuatanmu itu ada kekurangan :

· Jagalah lisanmu supaya tidak terjatuh di dalam ghibah terhadap saudaramu/muslimin.
· Bacalah Al-Qur'an
· tanggunglah dosamu sendiri untukmu dan jangan engkau tanggungkan dosamu kepada orang lain.
· Jangan engkau mensucikan dirimu dengan mencela orang lain.
· Jangan engkau tinggikan dirimu sendiri di atas mereka.
· Jangan engkau masukkan amal perbuatan dunia ke dalam amal perbuatan akhirat.
· Jangan engkau menyombongkan diri pada kedudukanmu supaya orang takut kepada perangaimu yang tidak baik.
· Jangan engkau membisikkan sesuatu sedang dekatmu ada orang lain.
· Jangan engkau merasa tinggi dan mulia daripada orang lain.
· Jangan engkau sakitkan hati orang dengan ucapan-ucapanmu.

Niscaya di akhirat nanti, kamu akan dirobek-robek oleh anjing neraka. Firman Allah S.W.T. yang bermaksud, "Demi (bintang-bintang) yang berpindah dari satu buruj kepada buruj yang lain."
Sabda Rasulullah S.A.W., "Dia adalah anjing-anjing di dalam neraka yang akan merobek-robek daging orang (menyakiti hati) dengan lisannya, dan anjing itupun merobek serta menggigit tulangnya."
Kata Mu'adz, " Ya Rasulullah, siapakah yang dapat bertahan terhadap keadaan seperti itu, dan siapa yang dapat terselamat daripadanya?"

Sabda Rasulullah S.A.W., "Sesungguhnya hal itu mudah lagi ringan bagi orang yang telah dimudahkan serta diringankan oleh Allah S.W.T."

.

Senin, 15 November 2010

Makna Idul Adha dan Pengertian Berkurban pada Idul Adha

Idul Adha memiliki makna yg penting dalam kehidupan. Makna ini perlu kita
renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus dari
berbagai cobaan Allah. Makna ?Idul Adha tersebut

Menyadari kembali bahwa makhluk yg namanya manusia ini adl kecil
belaka betapapun berbagai kebesaran disandangnya. Inilah makna kita
mengumandangkan takbir Allahu akbar !

Menyadari kembali bahwa tiada yg boleh di-Tuhankan selain Allah.
Menuhankan selain Allah bukanlah semata-mata menyembah berhala seperti di
zaman jahiliah. Di zaman globalisasi ini orang dapat menuhankan tokoh
lebih-lebih lagi si Tokoh itu sempat menjadi pucuk pimpinan partainya
menjadi presiden/wakil presiden atau ketua lembaga perwakilan rakyat.
Orang sekarang juga cenderung menuhankan politik dan ekonomi. Politik
adalah segala-galanya dan ekonomi adl tujuan hidupnya yg sejati. Bahkan
HAM menjadi acuan utama segala gerak kehidupan sementara HAT diabaikan.
Inilah makna kita kumandangkan kalimah tauhid La ilaha illallah !

Menyadari kembali bahwa pada hakikatnya yg memiliki puja dan puji
itu hanyalah Allah. Maka alangkah celakanya orang yg gila puja dan puji
sehingga kepalanya cepat membesar dadanya melebar dan hidungnya bengah
bila dipuji orang lain. Namun segera naik pitam wajah merah dan jantung
berdetak melambung bila ada orang yang mencela mengkritik dan
mengoreksinya. Inilah makna kita kumandangkan tahmid Wa lillahil-hamd !

Menyadari kembali bahwa manusia ini ibarat sedang melancong atau
bepergian yg suatu saat rindu utk pulang ke tempat tinggal asal yakni
tempat yg mula-mula dibangun rumah ibadah bagi manusia Ka?bah Baitullah.
Inilah salah satu makna bagi yg istita?ah tidak menunda-nunda lagi berhaji
ke Baitullah. Di sini pula manusia disadarkan kembali bahwa pada
hakikatnya manusia itu satu keluarga dalam ikatan satu keimanan. Siaopa
pun dia dari bangsa apapun adl saudara bila ia mukmin atau muslim. Tetapi
bila seseorang itu kafir adl bukan saudara kita meskipun dia lahir dari
rahim ibu yg sama. Maka orang yg pulang dari haji hendaknya menjadi uswah
hasanah bagi warga sekitarnya tidak membesar-besarkan perbedaan yg
dimiliki sesama muslim terutama dalam hal yg disebut furu?iyah.

Menyadari kembali bahwa segala ni’mat yg diberikan Allah pada
hakikatnaya adl sebagai cobaan atau ujian. Apabila ni’mat itu diminta
kembali oleh yg memberi maka manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Hari ini
jadi konglomerat esok bisa jadi melarat dgn hutang bertumpuk jadi karat.
Sekarang berkuasa lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh massa. Kemaren jadi
kepala kantor dgn mobil Timor entah kapan mungkin bisa jadi bahan humor
krn naik sepeda bocor. Sedang ni’ma yg berupa harta hendaknya kita ikhlas
utk berinfaq di jalan Allah seperti utk ber-udhiyah .

Percayalah dalam hal harta apabila kita ikhlas di jalan Allah
niscaya Allah akan membalasnya dgn berlipat ganda. Tetapi jika kita justru
kikir pelit tamak bahkan rakus tunggulah kekurangan kemiskinan dan
kegelisahan hati selalu menghimpitnya.

Akhirnya semoga ?Idul Adha dgn berbagai ibadah yg kita laksanakan
sekarang ini dapat membangunkan kembali tidur kita . Kemudian kita
berihtiar lagi sekuat tenaga utk memperbanyak amal saleh sebagai pelebur
amal-amal buruk selama ini. Amin !

Oleh Drs. Syafi’i Salim Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi
Islam Indonesia
sumber file al_islam.chm


Pengertian Berkurban pada Idul Adha
Oleh : Ust. Ahmad Sarwat, Lc

Sebenarnya istilah yang baku bukan berqurban, tetapi menyembelih hewan
udhiyah. Sebab kata “Qurban” artinya mendekatkan diri kepada Allah.
Padahal yang disunnahkan adalah melakukan ibadah ritual yaitu
menghilangkan nyawa hewan udhiyah, baik dengan cara dzabh (menyembelih)
atau nahr (menusuk leher unta dengan tombak), sebagai bentuk ritual

peribadatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Jadi inti ritualnya adalah pada prosesi penghilangan nyawa hewan udhiyah
itu sendiri. Namanya ritual, jadi kita tidak bicara tentang hikmah atau
makna apa yang tersirat di elakang peristiwa itu. Ritual ya ritual,
sebagaimana kita mengenal istilah itu.

Shalat adalah ibadah ritual, di mana kita diperintahkan untuk berdiri dan
menghadap ke arah kiblat, sebelumnya kita harus melakukan ritual dulu
yaitu membasuhkan air ke wajah, tangan hingga siku, mengusap kepala dan
membasuh kaki hingga mata kaki.

Ritual shalat itu terdiri dari gerakan berdiri, ruku’ (membungkuk), sujud,
duduk tasyahhud. Juga terdiri dari bacaan ritual tertentu, yaitu doa
iftitah, membaca surat Al-Fatihah, bacaan tasyahhud dan lainnya.
Semua itu adalah ritual khusus yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW, di mana dahulu malaikat Jibril khusus turun ke bumi
mendemonstrasikan gerakan dan bacaan ritual shalat di hadapan nabi
Muhammad SAW. Lalu beliau pun mengikuti gerak dan bacaan ritual itu dan
beliau bersabda kepada kita, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat
aku shalat.”

Bentuk ritual yang lain adalah berjalan berputar mengelilingi empat
dinding ka’bah sebanyak 7 putaran, mulai dari hajar aswad dan finish di
tempat yang sama. Putarannya berlawanan dengan arah jarum jam kalau
dilihat dari atas, dan searah dengan jarum jam kalau dilihat dari bawah
tanah. Sebelumnya harus melakukan ritual wudhu’.

Ritual lainnya lagi adalah berjalan kaki 7 kali bolak balik antara bukit
Shafa dan bukit Marwah, juga harus dalam keadaan suci dari hadats. Kita
juga mengenal ritual lainnya yaitu gerakan melempar batu ke satu titik,
yang kita kenal dengan istilah melontar jumrah (jamarat).

Pendeknya semua adalah ritual, di mana nabi SAW sama sekali tidak
memberikan alasan logis atau hikmah terpendam di balik semua ritual itu.
Kalau orang betawi bilang, “Udeh dari sononye emang begitu.”
Menyembelih Udhiyah

Nah, kali ini ritualnya adalah melakukan penyembelihan. Bentuknya mengiris
leher kambing, sapi atau kerbau hingga urat lehernya terputus dan mati.
Dan selesai.

Disunnahkan untuk membaca nama Allah dan bertakbir, lafadznya adalah:
“Bismillahi Allahu Akbar.” Dan disebutkan Allahumma hadzihi udhiyah ‘an
fulan, yang artinya: Ya Allah, aku persembahkan hewan udhiyah ini untuk si
fulan.”

Ada pun urusan membagi daging hewan itu kepada yang mustahiq, di luar
ritual tersebut di atas. Maka di masa lalu, di manhar (tempat
penyembelihan hewan) di Mina, tubuh-tubuh kambing atau unta yang telah
disembelih dibuang begitu saja, tidak ada yang mengurusinya. Toh ritualnya
sudah tercapai.

Baru akhir-akhiri ini ada badan sosial yang peduli dengan nasib umat Islam
di berbagai wilayah ditimpa kelaparan dan kemiskinan, maka didirikan
pabrik kornet agar daging-daging itu bisa dimanfaatkan secara lebih luas.
Pembagian Daging Udhiyah

Secara umum, daging hewan udhiyah ini dibagi menjadi tiga bagian. Pertama,
dimakan oleh yang menyembelih dan keluarganya. Kedua, untuk dihadiahkan
dan ketiga untuk diberikan kepada fakir miskin.

Kecuali bila udhiyah itu bernilai wajib, di mana seseorang sebelumnya
telah bernadzar untuk menyembelih, maka menurut sebagian ulama, dagingnya
tidak boleh dimakannya sendiri tapi diberikan kepada fakir miskin.

Sumber : eramuslim.com
.

Jumat, 12 November 2010

sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar



Tak terasa 15 hari aku nungguin anak ku yang sedang terbaring menahan rasa sakit di Rumah sakit, Galau, bingung dan macam macam fikiran yang sedang berperang di benakku … Takut yang selalu menghantui perasaan ku ini … habis habisan aku berusaha agar anak ku Sembuh sembuh dan sembuh, tak perduli apapun itu bahkan seluruh barang yang aku punya aku jual yang penting anak ku sembuh.

Dan baru aku sadari bahwa Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya.

Allah taala berfirman yang artinya, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan." (QS. al-Anbiyaa: 35).

Sahabat Ibnu Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Quran- menafsirkan ayat ini: "Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan." (Tafsir Ibnu Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia.

Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya, "Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)

Sakit akan menghapuskan dosa

Ketahuilah wahai saudaraku, penyakit merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang pernah engkau lakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan dengan seluruh anggota tubuhmu. Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari dosa yang pernah dilakukan. Sebagaimana firman Allah taala, "Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. asy-Syuura: 30). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,"Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)

Sakit akan Membawa Keselamatan dari api neraka

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang artinya," Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim)

Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya, menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah dengan musibah sakit yang dideritanya. Bergembiralah wahai saudaraku, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka." (HR. Al Bazzar, shohih)

Sakit akan mengingatkan hamba atas kelalaiannya

Wahai saudaraku, sesungguhnya di balik penyakit dan musibah akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya. Biasanya seseorang yang dalam keadaan sehat wal afiat suka tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya. Oleh karena itu, jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri. Allah taala berfirman yang artinya, "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. al-Anam: 42) yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir)

Terdapat hikmah yang banyak di balik berbagai musibah

Wahai saudaraku, ketahuilah di balik cobaan berupa penyakit dan berbagai kesulitan lainnya, sesungguhnya di balik itu semua terdapat hikmah yang sangat banyak. Maka perhatikanlah saudaraku nasehat Ibnul Qoyyim rahimahullah berikut ini: "Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali, -ed). Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari." (Lihat Doa dan Wirid, Yazid bin Abdul Qodir Jawas)

Ingatlah saudaraku, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah taala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan." (HR. Tirmidzi, shohih). Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini. Amin.

SETIAP manusia tidak lari daripada ditimpa sakit dan sebagai umat Islam, sewajarnya kita menguatkan jiwa untuk mengharung segala kesakitan dan penderitaan. Dalam menghadapi penderitaan inilah tersedia ganjaran besar untuk mereka yang terus bersabar dan redha dengan ketentuan Allah.

Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim menyebut: ?Sesiapa saja di kalangan umat Islam yang ditimpa kesakitan daripada penyakit, maka tidak ada selainnya melainkan Allah akan menggugurkan kejahatannya (dosa kecil) dengan sebabnya seperti mana pokok menggugurkan daunnya.?

Dalam sebuah hadis, ada diceritakan bahawa Rasulullah saw bertanya kepada sahabat: “Siapakah di kalangan kamu yang suka sehat tanpa sakit?”

Jawab sahabat : Semua kami.

Baginda bertanya lagi : Adakah kamu suka menjadi seperti keledai liar yang mengganas ?

Tidakkah kamu suka menjadi orang yang ditimpa bala dan orang yang mendapat penghapusan dosa? Demi diriku di bawah kekuasaan-Nya, sesungguhnya Allah pasti menguji orang mukmin dengan bala dan apa yang diuji itu tidak lain melainkan untuk memuliakannya.?

Sabda Rasulullah lagi : Sesungguhnya, mengerang orang yang sakit itu umpama tasbih, jeritan dan tidurnya adalah ibadah, nafasnya sedekah dan berbalik-balik ke kiri dan kanan itu adalah memerangi musuh, iaitu sama pahalanya.?

Dalam Ihya pula ada menyebutkan sebuah hadis : Sesungguhnya Allah mengutuskan kepada seorang yang sakit dua malaikat untuk melihat apa yang dikatakannya kepada pengunjungnya.

Sekiranya dia mengucapkan tahmid dan pujian kepada Allah, Allah berfirman: Bagi hamba-Ku, sekiranya Aku mematikannya, nescaya Aku memasukkannya ke dalam syurga.

Dan sekiranya Aku menyembuhkannya nescaya Aku menggantikan daging badannya yang lebih baik daripada sebelum ini, darah yang lebih baik daripada darahnya serta Aku hapuskan kejahatannya. Kelebihan Allah lebih luas daripada semua itu.?

“Tidaklah orang Muslim ditimpa cubaan berupa penyakit atau lainnya, melainkan Allah menggugurkan keburukannya, sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.”

(HR. Bukhari-Muslim)

Mungkin kita patut mengucapkan alhamdulillah...sekurang-kurangnya Allah telah mengurangkan dosa-dosa kita dengan caraNya.. orang yg hidup dan matinya hanya untuk Allah la yang akan merasakan kemanisan daripada kepahitan dan kesakitan itu.. jadi untuk sahabat2 dan diri ana sendiri,ingatlah..masa inilah Allah nak uji kita sejauh mana kesabaran kita dan kebergantungan kita pada Allah atas setiap kesulitan dan kesusahan yang diberikanNya.

Sakit merupakan teguran dari Allah, mungkin kita pernah lalai dan leka dalam hubungan dengan Allah. Masa tubuh badan sihat, solat lambat, nak bangun solat malam pun malas, makan sampai x ingat insan lain yg daif, mengaji Al-Quran pun nak cepat habis je... Jadi,bila Allah datangkan sakit pada diri kita..maksudnya Allah nak kita muhasabah blk diri kita..amalan kita..jangan sekadar melepaskan batuk di tangga..jangan sampai Allah tarik nikmat anggota yang ada pada diri kita. nikmat tangan, mata, rasa, kaki dan lain2..

Sakit juga membuatkan hubunga kita dengan orang sekeliling menjadi lebih akrab, sbb kita tahu ade orang yang amik berat tentang diri kita. Menjaga makan dan minum kita. Bertanyakan tentang kesihatan kita..

Sesungguhnya ujian atau cobaan paling ringan pada diri seorang muslim adalah jasmani yang lazim disebut sakit. Ujian jasmani ini dimaksudkan Allah untuk menguji kesabaran dan kereleaan seorang hamba dalam menerima takdir Allah SWT

Salah satu ujian kesabaran bagi seorang muslim adalah sakit ….

Sakit adalah penggugur dosa-dosa hamba-Nya. Penyakit yang diderita seorang hamba menjadi sebab diampuninya dosa yang telah dilakukan termasuk dosa-dosa setiap anggota tubuh. Rasulullah Saw bersabda, “Setiap getaran pembuluh darah dan mata adalah karena dosa. Sedangkan yang dihilangkan Allah dari perbuatan itu lebih banyak lagi.”

(HR. Tabrani).

Orang sakit yang mau bersabar akan mendapatkan pahala dan ditulis untuknya bermacam-macam kebaikan dan ditinggikan derajatnya. Rasulullah Muhammad Saw bersabda, “Tiadalah tertusuk duri atau benda yang lebih kecil dari itu pada seorang Muslim, kecuali akan ditetapkan untuknya satu derajat dan dihapuskan untuknya satu kesalahan.” (HR. Muslim dari Aisyah ra).

Sebagai timbal baliknya, ia akan selamat dari siksa neraka. “Aisyah Ummul Mukminin menerangkan sabda Rasulullah Saw bahwasannya sakit karena demam itu akan menghindarkan orang Mukmin dari siksa api neraka.” (HR. Al-Bazzar)

Selalu ingat pada Allah. Dalam kondisi sakit akan membuat orang merasa benar-benar lemah, tidak berdaya sehingga ia akan bersungguh-sungguh memohon perlindungan kepada Allah Swt., Dzat yang mungkin telah ia lalaikan selama ini. Kepasrahan ini pula yang menuntunnya untuk bertobat.

Selalu mengingat nikmat Allah. Sakit membuat orang tahu manfaat sehat. Tidak jarang orang merasakan nikmat justru ketika sakit. Begitu banyak nikmat Allah yang selama ini lalai untuk ia syukuri. Bagi orang yang banyak bersyukur dalam sakit, ia akan memperoleh nikmat.

Pembersihan hati dari penyakit. Pendapat Ibnu Qayyim, “Kalau manusia itu tidak pernah mendapat cobaan dengan sakit dan pedih, maka ia akan menjadi manusia ujub dan takabur. Hatinya menjadi kasar dan jiwanya beku. Karenanya, musibah dalam bentuk apapun adalah rahmat Allah yang disiramkan kepadanya. Akan membersihkan karatan jiwanya dan menyucikan ibadahnya. Itulah obat dan penawar kehidupan yang diberikan Allah untuk setiap orang beriman. Ketika ia menjadi bersih dan suci karena penyakitnya, maka martabatnya diangkat dan jiwanya dimuliakan. Pahalanya pun berlimpah-limpah apabila penyakit yang menimpa dirinya diterimanya dengan sabar dan ridha.”

Orang yang sedang ditimpa penyakit tidak perlu dicekam rasa takut selama ia mentauhidkan Allah dan menjaga shalatnya. Bahkan, meskipun di masa sehatnya ia banyak berkubang dalam dosa dan maksiat, karena Allah itu Maha Penerima taubat sebelum ruh seorang hamba sampai di kerongkongan. Dan sesungguhnya di balik sakit itu terdapat hikmah dan pelajaran bagi siapa saja yang mau memikirkan-nya, di antaranya adalah:

1. Mendidik dan menyucikan jiwa dari keburukan.

Allah Ta'ala berfirman, artinya, “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy Syura: 30)

Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melain-kan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.”

Dalam hadits lain beliau bersabda: “Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” Sebagian ulama salaf berkata, “Kalau bukan karena musibah-musibah yang kita alami di dunia, niscaya kita akan datang di hari kiamat dalam keadaan pailit.”

2. Mendapatkan kebahagiaan (pahala) tak terhingga di akhirat.

Itu merupakan balasan dari sakit yang diderita sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” Dan dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan). At Tirmidzi meriwayatkan dari Jabir secara marfu’, ”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dicabik-cabik ketika di dunia karena iri melihat pahala orang-orang yang tertimpa cobaan.”

3. Allah dekat dengan orang sakit.

Dalam hadits qudsi Allah berfirman: ”Wahai manusia, si fulan hamba-Ku sakit dan engkau tidak membesuknya. Ingatlah seandainya engkau membesuknya niscaya engkau mendapati-Ku di sisinya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah)

4. Sebagai parameter kesabaran seorang hamba.

Sebagaimana dituturkan, bahwa kalau seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan itu.

Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan sebuah hadits secara marfu’, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Barang siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah dan barang siapa yang berkeluh kesah (marah) maka ia akan mendapat murka Allah.”

Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar. Apabila kesabaran itu memunculkan sikap ridha maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang ridha. Dan jikalau memunculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika Allah mengaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya (juga).”

5. Dapat memurnikan tauhid dan menautkan hati kepada Allah.

Wahab bin Munabbih berkata, “Allah menurunkan cobaan supaya hamba memanjatkan do’a dengan sebab bala’ itu.” Dalam surat Fushilat ayat 51 Allah berfirman, artinya, “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.”

Musibah dapat menyebabkan seorang hamba berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakkal dan ikhlas dalam memohon. Dengan kembali kepada Allah (inabah) seorang hamba akan merasakan manisnya iman, yang lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita. Apabila seseorang ditimpa musibah baik berupa kefakiran, penyakit dan lainnya maka hendaknya hanya berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah saja sebagiamana dilakukan oleh Nabi Ayyub 'Alaihis Salam yang berdoa, “Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Rabbnya, ”(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”. (QS. Al Anbiyaa :83)

6. Memunculkan berbagai macam ibadah yang menyertainya.

Di antara ibadah yang muncul adalah ibadah hati berupa khasyyah (rasa takut) kepada Allah. Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang hamba menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah menjauhkan diri dari kesesatan. Amat banyak hamba yang setelah di timpa sakit ia mau memulai bertanya persoalan agamanya, mulai mengerjakan shalat dan berbuat kebaikan, yang kesemua itu tak pernah ia lakukan sebelum menderita sakit. Maka sakit yang dapat memunculkan ketaatan-ketaatan pada hakekatnya merupakan kenikmatan baginya.

7. Dapat mengikis sikap sombong, ujub dan besar kepala.

Jika seorang hamba kondisinya serba baik dan tak pernah ditimpa musibah maka biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya. Akan tetapi ketika ia ditimpa sakit, mengeluarkan berbagai kotoran, bau tak sedap,dahak dan terpaksa harus lapar, kesakitan bahkan mati, maka ia tak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya. Dia tak akan mampu menguasai kematian, terkadang ia ingin mengetahui sesuatu tetapi tak kuasa, ingin mengingat sesuatu namun tetap saja lupa. Tak ada yang dapat ia lakukan untuk dirinya, demikian pula orang lain tak mampu berbuat apa-apa untuk menolongnya. Maka apakah pantas baginya menyombongkan diri di hadapan Allah dan sesama manusia?

8. Memperkuat harapan (raja’) kepada Allah.

Harapan atau raja’ merupakan ibadah yang sangat utama, karena menyebabkan seorang hamba hatinya tertambat kepada Allah dengan kuat. Apalagi pada penderita sakit yang telah sekian lama berobat kesana kemari namun tak kunjung sembuh. Maka dalam kondisi seperti ini satu-satunya yang jadi tumpuan harapan hanyalah Allah semata, sehingga ia mengadu: “Ya Allah tak ada lagi harapan untuk sembuhnya penyakit ini kecuali hanya kepada-Mu.” Dan banyak terbukti ketika seseorang dalam keadaan kritis, ketika para dokter sudah angkat tangan namun dengan permohonan yang sungguh-sungguh kepada Allah ia dapat sembuh dan sehat kembali. Dan ibadah raja’ ini tak akan bisa terwujud dengan utuh dan sempurna jika seseorang tidak dalam keadaan kritis.

9. Merupakan indikasi bahwa Allah menghendaki kebaikan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah secara marfu’ bahwa Rasulullah n bersabda, ”Barang siapa yang dikehen-daki oleh Allah kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR al Bukhari). Seorang mukmin meskipun hidupnya sarat dengan ujian dan musibah namun hati dan jiwanya tetap sehat.

10. Allah tetap menulis pahala kebaikan yang biasa dilakukan oleh orang yang sakit.

Meskipun ia tidak lagi dapat melakukannya atau dapat melakukan namun tidak dengan sem-purna. Hal ini dikarenakan seandainya ia tidak terhalang sakit tentu ia akan tetap melakukan kebajikan tersebut, maka sakinya tidaklah menghalangi pahala meskipun menghalanginya untuk melakukan amalan. Hal ini akan terus berlanjut selagi dia (orang yang sakit) masih dalam niat atau janji untuk terus melakukan kebaikan tersebut. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Abdullah bin Amr dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam, ”Tidak seorangpun yang ditimpa bala pada jasadnya melainkan Allah memerintah-kan kepada para malaikat untuk menjaganya, Allah berfirman kepada malaikat itu, “Tulislah untuk hambaKu siang dan malam amal shaleh yang (biasa) ia kerjakan selama ia masih dalam perjanjian denganKu.”

11. Sakit dapat menghantarkan ke manzilah (kedudukan) tertentu di Surga.

Terkadang seorang hamba memiliki manzilah di Surga, akan tetapi amalnya tidak dapat mengantarkannya ke sana maka Allah menimpakan kepadanya berbagai ujian secara bertubi-tubi sehingga sampailah ia kepada manzilah tadi, sebagaimana dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam Ibnu Hibban dari Abu Hurairah.

12. Dengan sakit akan diketahui besarnya makna sehat.

Jika seseorang selalu dalam keadaan sehat maka ia tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa cobaan dan kesusahan, dan ia tidak akan tahu pula besarnya nikmat yang ia peroleh. Maka ketika seorang hamba sakit, ia ingin agar bisa segera pulih sebagaimana kondisi semula ketika sehat, sebab setelah sakit itulah ia akan tahu apa artinya sehat.

Hendaknya seorang hamba bersabar dan memuji Allah ketika tertimpa musibah, sebab walaupun ia sedang sakit maka tentu masih ada orang lain yang lebih parah, dan jika tertimpa kefakiran maka pasti ada yang lebih fakir lagi. Hendaknya ia melihat sakit yang diderita dengan nikmat yang telah diterima dan dengan memikirkan faedah dan manfaat dari sakitnya. Dalam urusan agama seseorang harus memandang yang diatasnya agar tidak merasa bahwa dirinyalah orang yang terbaik, sedang dalam urusan dunia ia harus memandang orang yang ada di bawahnya agar menimbulkan rasa syukur dan melahirkan pujian kepada Allah.

13. Bagi seorang hamba (muslim) sakit merupakan rahmat bukan siksa.

Firman Allah, artinya. “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Menge-tahui.” (QS. an Nisaa:147)

Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengenal Allah dan hikmahNya, meskipun demikian Allah tetap menyayanginya karena itu semua disebabkan ketidak tahuan, kelemahan dan kekurangannya.

Berikut adalah beberapa nasehat dari ayat al Quran, hadits dan perkataan ulama yang semoga bisa menghibur setiap orang yang sedang mengalami musibah.

Musibah Terasa Ringan dengan Mengingat Penderitaan yang Dialami Orang Sholih

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي

"Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin."

Dalam lafazh yang lain disebutkan.

مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ

"Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut." Ternyata, musibah orang yang lebih sholih dari kita memang lebih berat dari yang kita alami. Sudah seharusnya kita tidak terus larut dalam kesedihan.

Semakin Kuat Iman, Memang Akan Semakin Terus Diuji

Dari Mushab bin Said -seorang tabiin- dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

"Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?" Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

"Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa."

Di Balik Musibah, Pasti Ada Jalan Keluar

Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Taala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam Nasyroh: 5)

Ayat ini pun diulang setelah itu,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam Nasyroh: 6)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi mengatakan, "Kata al usr (kesulitan) menggunakan alif-lam dan menunjukkan umum (istigroq) yaitu segala macam kesulitan. Hal ini menunjukkan bahwa bagaimana pun sulitnya, akhir dari setiap kesulitan adalah kemudahan."

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً

"Bersama kesulitan, ada kemudahan."

Merealisasikan Iman adalah dengan Bersabar

Ali bin Abi Tholib mengatakan,

الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ.

"Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran."

Musibah Awalnya Saja Terasa Sulit, Namun Jika Bersabar akan Semakin Mudah

Hudzaifah ibnul Yaman mengatakan,

إِنَّ اللهَ لَمْ يَخْلُقْ شَيْئاً قَطٌّ إِلاَّ صَغِيْراً ثُمَّ يَكْبَرُ، إِلاَّ المصِيْبَة فَإِنَّهُ خَلَقَهَا كَبِيْرَةً ثُمَّ تَصْغُرُ.

"Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan sesuatu melainkan dari yang kecil hingga yang besar kecuali musibah. Adapun musibah, Allah menciptakannya dari keadaan besar kemudian akan menjadi kecil." Allah menciptakan segala sesuatu, misalkan dalam penciptaan manusia melalui tahapan dari kecil hingga beranjak dewasa (besar) semacam dalam firman Allah,

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا

"Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua." (QS. Ghofir: 67)

Namun untuk musibah tidaklah demikian. Musibah datang dalam keadaan besar, yakni terasa berat. Akan tetapi, lambat laut akan menjadi ringan jika seseorang mau bersabar.

Bersabarlah Di Awal Musibah

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى

"Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah." Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.

Pahala Orang yang Mau Bersabar Tanpa Batas

Ingatlah janji Allah,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga)." (QS. Az Zumar: 10). Al Auzai mengatakan bahwa ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi ia akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.

Akan Mendapatkan Ganti yang Lebih Baik

Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

"Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi roojiun. Allahummajurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]", maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik." Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut doa sebagaimana yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam."

Doa yang disebutkan dalam hadits ini semestinya diucapkan oleh seorang muslim ketika ia ditimpa musibah dan sudah seharusnya ia pahami. Insya Allah, dengan ini ia akan mendapatkan ganti yang lebih baik.

Semoga yang mendapati musibah semakin ringan menghadapinya dengan sedikit hiburan ini. Semoga kita selalu dianugerahi kesabaran dari Allah Taala.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Alangkah Besarnya dan Mulianya Allah s.w.t. yang menjadikan begitu banyak hikmah sakit daripada hanya satu sakit. Akan tetapi jarang sekali kita fikir-fikir dan renungkan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik buat kita sebagai hambaNya ... Wallahua'lam …