Kehati-hatian Dalam Melangkah Itulah TaQwa
Beratnya kewajiban yang harus dilaksanakan dan banyaknya aral rintangan yang menghadang, menuntut setiap hamba untuk menjalani kehidupan di dunia ini dengan langkah yang penuh kehati-hatian. Selalu waspada dan tidak boleh lengah. Karena kelengahan sesaat adalah kesempatan emas bagi setan untuk memegang kendali atas manusia.
Waspada, tidak lengah dan melangkah dengan kehati-hatian adalah inti dari ketakwaan yang benar. Allah Swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam [QS Ali Imron: 102]
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa [QS Al Baqarah: 197]
Imam Ibnu Hatim dan Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Mas’ud bahwa dia menafsirkan ‘bertakwalah kalian dengan sebenar-benar takwa’ dengan mengatakan, ”Allah senantiasa ditaati, tidak didurhakai, senantiasa diingat-ingat (disebut-sebut), tidak dilupakan dan senantiasa disyukuri (limpahan karunia-Nya) dan tidak diingkari.”
Penafsiran ulama generasi sahabat ini mengingatkan setiap hamba untuk senantiasa dalam keadaan taat, dzikir dan syukur kepada Allah. Itulah hakekat takwa. Tiada waktu yang berlalu dengan kemaksiatan, dan kedurhakaan dari nikmat Allah yang telah diterima. Takwa yang terpartri kuar seperti inilah yang bisa menjadi sarana pengendali yang efektif bagi kesalehan seorang hamba.
Hati-hati dalam melangkah, itulah hakekat takwa. Berhati-hati dalam mengarungi samudra kehidupan, melaksanakan perintah-Nya baik yang wajib maupun yang sunnah. Meninggalkan larangan-larangan yang haram, makruh maupun syubhat. Demikian juga tidak berlebihan-lebihan dalam menikmati hal-hal yang mubah.
Waspada dengan menjauhi dosa-dosa yang besar maupun kecil, karena semuanya akan dihitung dan dimintai pertanggungjwaban di sisi-Nya.
Janganlah seorang hamba meremehkan kecilnya sebuah amal. Jangan pula pernah menganggap ringan dan kecilnya berbuat dosa kemaksiatan. Bisa jadi ridha, rahmat dan ampunan Allah dating melalui amalan ringan yang mengena. Dan boleh jadi kemurkaan, siksa dan laknat-Nya menimpa karena sebuah dosa yang ringan.
Tidak ada hal yang remeh dan kecil dalam ketaatan dan kemaksiatan. Semuanya harus dianggap besar. Kita tidak tahu kapan murka Allah akan dating. Sehingga tidak ada alasan untuk meremehkan dosa dan melanggar perintah Allah.
[muslimdaily.net]
Waspada... Sesungguhnya Alloh Maha Waspada...
BalasHapus